Ini bukan keputusan yang mudah bagi setiap orang untuk menempatkan dirinya pada posisi seseorang yang berlainan agama dan keyakinan yang sama sekali berbeda.
Banyak orang lebih suka berada pada posisi 'zona kenyamanan' (comfort zone) nya masing-masing, yang pada gilirannya akan menumbuhkan perasaan pasif mereka terhadap "orang lain" di sekitarnya.
Tetapi, selalu ada pengecualian!
Salah seorang diantara mereka yang mencoba keluar dari 'comfort zone' adalah Rachael Finch. Rachael merupakan seorang Top Supermodel Australia, bintang televisi, sekaligus mantan Miss Universe Australia.
Ia meluangkan waktu dengan menghabiskan satu hari penuh dengan mencoba mengenakan pakaian jilbab muslimah menutup aurat. Tak hanya itu, ia juga mencoba menyelami kehidupan umat Islam di Australia selama satu hari penuh untuk lebih mengenal secara dekat orang-orang muslim secara langsung.
Untuk mematahkan belenggu stereotip, Rachael memakai jilbab dan memulai langkah eksperimen sosial ekstrem dari 'biasanya' dimana ia berinteraksi dengan komunitas Muslim.
Rachael mencoba masuk mengikuti jejak langkah Rebecca Kay, seorang Muslimah Australia yang taat dan seorang ibu beranak empat. Rebecca lahir di Australia dan menjadi Muslim sekitar delapan tahun yang lalu. Sebelumnya, Rebecca adalah seorang peselancar wanita Wollongong.
"Sebelum saya menjadi seorang Muslim, saya merupakan seorang pembenci Islam. Saya dulu biasa mendengarkan radio dan saling berkomentar, dan memiliki sikap yang sama seperti kebanyakan pembenci Islam lainnya. Saya dulu suka berkata kepada orang-orang 'jika kalian (orang muslim_red) tidak senang di sini, maka silakan kalian kembali ke tempat asal kalian', "kata Kay seperti dilaporkan Muslimvillage.com.
Mengomentari eksperimen ekstremnya, Rachael mengatakan, "Senang rasanya saya bisa masuk dan mengikuti jejak posisi Rebecca, dan menyaksikan dengan sendiri bahwa stereotip terhadap perempuan muslim Australia (yang kerap digemborkan media_red) tidak terlalu benar," katanya.
"Ini merupakan keberhasilan -untuk melihat multikulturalisme adalah tentang melihat akhir dari hari, kita semua warga Australia tidak peduli apa warna kulit kita, atau apa yang kita yakini, atau apa latar belakang kita- kita semua sama." urainya.
"Mereka cerdas, mereka pintar, mereka mandiri, mereka ingin karir dan mereka menginginkan sebuah keluarga, dan bagi saya itu semua memberdayakan," pungkasnya.
Rebecca berharap bahwa sesuatu yang baik bisa datang dari pengalaman Rachael, dan hal itu diharapkan dapat mendorong orang untuk lebih berpikiran terbuka.
Banyak orang lebih suka berada pada posisi 'zona kenyamanan' (comfort zone) nya masing-masing, yang pada gilirannya akan menumbuhkan perasaan pasif mereka terhadap "orang lain" di sekitarnya.
Tetapi, selalu ada pengecualian!
Salah seorang diantara mereka yang mencoba keluar dari 'comfort zone' adalah Rachael Finch. Rachael merupakan seorang Top Supermodel Australia, bintang televisi, sekaligus mantan Miss Universe Australia.
Ia meluangkan waktu dengan menghabiskan satu hari penuh dengan mencoba mengenakan pakaian jilbab muslimah menutup aurat. Tak hanya itu, ia juga mencoba menyelami kehidupan umat Islam di Australia selama satu hari penuh untuk lebih mengenal secara dekat orang-orang muslim secara langsung.
Untuk mematahkan belenggu stereotip, Rachael memakai jilbab dan memulai langkah eksperimen sosial ekstrem dari 'biasanya' dimana ia berinteraksi dengan komunitas Muslim.
Rachael mencoba masuk mengikuti jejak langkah Rebecca Kay, seorang Muslimah Australia yang taat dan seorang ibu beranak empat. Rebecca lahir di Australia dan menjadi Muslim sekitar delapan tahun yang lalu. Sebelumnya, Rebecca adalah seorang peselancar wanita Wollongong.
"Sebelum saya menjadi seorang Muslim, saya merupakan seorang pembenci Islam. Saya dulu biasa mendengarkan radio dan saling berkomentar, dan memiliki sikap yang sama seperti kebanyakan pembenci Islam lainnya. Saya dulu suka berkata kepada orang-orang 'jika kalian (orang muslim_red) tidak senang di sini, maka silakan kalian kembali ke tempat asal kalian', "kata Kay seperti dilaporkan Muslimvillage.com.
Mengomentari eksperimen ekstremnya, Rachael mengatakan, "Senang rasanya saya bisa masuk dan mengikuti jejak posisi Rebecca, dan menyaksikan dengan sendiri bahwa stereotip terhadap perempuan muslim Australia (yang kerap digemborkan media_red) tidak terlalu benar," katanya.
"Ini merupakan keberhasilan -untuk melihat multikulturalisme adalah tentang melihat akhir dari hari, kita semua warga Australia tidak peduli apa warna kulit kita, atau apa yang kita yakini, atau apa latar belakang kita- kita semua sama." urainya.
"Mereka cerdas, mereka pintar, mereka mandiri, mereka ingin karir dan mereka menginginkan sebuah keluarga, dan bagi saya itu semua memberdayakan," pungkasnya.
Rebecca berharap bahwa sesuatu yang baik bisa datang dari pengalaman Rachael, dan hal itu diharapkan dapat mendorong orang untuk lebih berpikiran terbuka.
Saksikan laporan berita kisah Rachael Finch:
*Keterangan gambar: Rachael Finch mengenakan jilbab
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !